Dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, seddiam nonumy eirmod tempor. invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua. Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadip- scing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua. Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua. Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur.
 

LASKAR PASOEPATI







Masuknya Persis Solo ke divisi utama Liga Indonesia, membawa angin segar bagi kelompok suporter kawakan asal Solo, Pasoepati. Supporter yang mampu memerahkan setiap stadion yang menjadi arena pertandingan Pelita, Persijatim (kala itu) dan Persis Solo, kini kembali akan berkibar sebagai kelompok suporter kreatif .
Ide berdirinya kelompok suporter ini berawal dari lontaran Mayor Haristanto di sebuah harian lokal. Gayung pun bersambut, gagasan ini ditanggapi oleh sejumlah pemerhati Pelita Solo.
Munculnya kelompok suporter dengan logo sepasang kuda hitam ini pada mulanya sempat dikhawatirkan oleh Drs. Soemaryoto, anggota pennggungjawab pertandingan Pelita Solo. Ia khawatir munculnya pendukung kesebelasan ini akan memancing munculnya fanatisme yang berlebihan terhadap klub. Namun dengan munculnya kelompok – kelompok suporter yang semakin banyak seperti Sangkrah, “Dhemit Ireng”, kelompok suporter Boyolali, Sragen dan lain-lan adalah keinginan nyata untuk membentuk wadah suporter yang solid.
“Para suporter Solo mendapat teladan berharga dari Aremania, suporter team Arema Malang. Para suporter team sepak bola Solo bangkit kesadarannya bahwa mereka mampu memberdayakan diri agar kehadirannya di stadion tidak lagi sekedar sebagai “tukang sorak” atau “tukang cemooh” belaka. Kesadaran itu memacu mereka mengenal pentingnya berorganisasi dan berkreasi, sehingga dampaknya ialah makin terkendalinya tindakan destruktif yang selama ini muncul. Diri mereka sendiri menentukan rambu-rambu aturan untuk mengatur tingkah laku anggota. Kini merekapun melihat diri mereka menjadi bagian penting dari pergelaran teater yang bernama sepakbola” Ungkap Mayor Haristanto, penggagas berdirinya Pasoepati.
Upaya menyatukan diri dalam suatu ikatan suporter akhirnya terwujud. Beberapa perwakilan dan pemerhati Pelita berkumpul diantaranya Mayor Haristanto, Arno Suparno, Bambang Eko S, Bimo Putranto, Dencis, Mashadi “Phete” dll. Rabu, 9 Pebruari 2000 bertempat di Griya Reka Grupe Mayor, Jl Kolonel Sugiyono 37 Solo, grup suporter inipun terbentuk dengan nama Pasukan Suporter Pelita Sejati yang disingkat Pasoepati. Seiring dengan berubahnya klub yang berhomebase di Solo maka kepanjangannya di ubah menjadi Pasukan Suporter Soo Kreatif, Damai dan Berprestasi. Terpilih sebagai Presiden Pasoepati pertama adalah Mayor Haristanto. Sedangkan saat ini dipimpin oleh Ir. Bimo Putranto.
Sejak saat itulah bendera Pasoepati berkibar dimanapun Pelita bertanding. Fonemena yang sungguh luar biasa karena pasukan suporter yang baru berdiri ini langsung mampu memerahkan Stadion Manahan, lokasi dimana Pelita bertanding. Bahkan dalam beberapa pertandingan terjadi fonemena yang tidfak biasanya terjadi, dimana suporter tamu lebih dominan.
Pada berbagai lawatannya (bahasa yang sering digunakan Pasoepati kala mendukung team di kandang lawan), Pasoepati senantiasa membawa pesan damai dengan cara – cara yang unik dan kreatif.
Pasoepati tidak hanya unjuk gigi mendukung team sepakbola dari Solo. Pasoepati turut pulu mendukung team Indonesia dalam Piala Thomas, Piala Sudirman di Sevilla Spanyol bahkan hingga Olimpiade Sydney 2000. Bahkan Pasoepati melalui Mayor Haristanto turut membidani beberapa kelompok suporter seperti The Macz Man Makasar, Asykar Teking Pekanbaru, dan Persmanisti Menado.
Mayor Haristanto sebagai salah satu pendiri Pasoepati, berharap dengan masuknya Persis Solo, yang notabenenya adalah team daerah ke divisi utama, maka Pasoepati harus lebih gila lagi, lebih merah lagi.
Mayor kembali mengingatkan arti penting dari suporter yakni memberi…
“Hakekatnya, Suporter sepakbola merupakan roh industri sepakbola. Pertandingan sepakbola tanpa dihadiri suporter atau penonton, ibaratnya hanya sebuah latihan belaka. Namun suporter harus mampu membawa citra, memberi dukungan dalam kondisi apapaun adalah sikap suporter sejati”.
“Untuk itu sudah selayaknya suporter mampu membantu klub bukan merugikan klub karena hakikat dari suporter adalah memberi bukan menerima”.


Dimuat di Tabloid LiGA oleh Suyatno.



0 comments: